• Jika Tidak Satu [ 1 ]


    Kasta-kasta dalam kehidupan kita masih belum akan terurai, dunia kasta adalah hobi kita. Golongan-golongan adalah bagian dari itu semua. Orang kita masih belum tuntas belajar tentang persamaan dan persatuan, budaya sungkanisme+egoisme masih begitu tinggi. Dan kotak-kotak kelompok di tubuh gerakan Bidikmisi bisa muncul beraneka warna karena sekat-sekat tersebut.

    Mereka yang merasa memiliki persinggungan erat dengan Permadani Diksi Nasional akan membuat lingkaran PDN seolah kebenaran abadi. Mereka yang kecewa juga akan menggalang kekuatan semampunya untuk membuat lingkaran baru. Masih lagi egosentrisme wilayah yang tinggi, ego ini akan menimbulkan lingkaran kecil yang duduk dengan Permadani Diksi namun menolak taat. Yang mungkin belum kita perhitungkan lagi ialah kelas elit tinggi lulusan Bidikmisi dengan gelar S-2 dan S-3-nya, bisa jadi mereka akan sulit duduk dan dipertemukan dengan kawan-kawan yang sekelas S-1 bahkan enggan mungkin berbaur dengan anak-anak mahasiswa.

    Potensial kepemimpinan yang tidak menyatu ini mungkin akan menimbulkan gejolak bagi perasaan organisasi Permadani Diksi sendiri. Kesadaran menjadi penting karena hampir tidak mungkin Bidikmisi hanya digerakkan oleh jalinan yang satu, namun justru karena keanekaragaman kita harus bersyukur karena peluang untuk menyatukan segalanya menjadi integral “gerakan” sangat begitu terbuka. 

    Permadani Diksi Nasional yang digadang sebagai wadah persatuan mahasiswa dan alumni Bidikmisi tidak akan dengan mulus dibangun, terlebih ketika faktanya Permadani Diksi tidak bisa menunjukkan langkah sebagai sebuah tatanan yang mendominasi dari segala isu dan wacana Bidikmisi.

    Pada tataran teknis, kita butuh pemersatu Permadani Diksi Nasional yang lepas dari prasangka dan dapat diterima dimanapun juga. Kelihaian diplomasi dengan dukungan loyalitas figur yang kuat, tidak lain dibutuhkan untuk menaklukan para aktor yang berusaha untuk melepaskan dirinya dalam gerakan Permadani Diksi Nasional.

    Dalam kasus pemilihan Ketua nantinya, kita ditantang untuk salah lagi atau harus benar-benar kalah.




  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar