Akulah yang dikerubuti
nyamuk-nyamuk di malam yang makin mengutuk,
kopiku ini lengah, legam tanpa kepulan asap,
lenyap terhening, terhuyung luluh,
dan gerimispun berdetak,
merambatkan gelombang hawa,
membangunkan pori-pori,
hingga kulitku ikut menggeriap,
mendengar suara malam, suara ketenangan..
kopiku ini lengah, legam tanpa kepulan asap,
lenyap terhening, terhuyung luluh,
dan gerimispun berdetak,
merambatkan gelombang hawa,
membangunkan pori-pori,
hingga kulitku ikut menggeriap,
mendengar suara malam, suara ketenangan..
lamat-lamat ku berbincang melalui perasaan,
pada nuansa raba..
kusapa dikau, kubayangkan sesosok paras cahaya yang gilap gemerlap,
pada nuansa raba..
kusapa dikau, kubayangkan sesosok paras cahaya yang gilap gemerlap,
tapi kuputus,
kuputuskan benang tali, enggan menegakkan benang basah,
karena kau terlanjur dalam,
dipelupukku, hilang pada rembulan
jika lembaran daun-daun
pepaya,
meneduhkanku,
hatimu kasih segenggam buliran beras,
putih bernas,
menjulur, menyangga kehidupanku,
menjulur, menyangga kehidupanku,
Oh...rembulan tengah pagi,
cahayamu dalam terang, memuncak cerah
Pujiku terkasih, tak terpikirkan lagi jiwa ini...
cahayamu dalam terang, memuncak cerah
Pujiku terkasih, tak terpikirkan lagi jiwa ini...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar