APA KABAR BMGTS, apakah mulai pudar aura kebesaranmu ?
Liburan ini adalah bagian petualangan,
mereka adik-adik baru kita, mahasiswa baru Bidikmisi yang telah usai
menyelesaikan semester pertamanya—mereka kita lepas kembali. Mengenang,
merenung—menengok SMA mereka, dalam tour safari Bidikmisi Goes To School.
Sebuah jalan kebanggaan berbagi, sebuah alur kepercayaan bahwa meski hanya sebatas motivasi “kita datang untuk kembali”, kita datang dalam misi memperluas akses keterjangkauan pendidikan. Kita benar-benar kembali untuk membangunkan tidur “mimpi-mimpi” adik-adik kita. Mereka berhak bersekolah pula seperti kita. Bidikmisi adalah jawaban keterbatasan ekonomi, tak heran jika suara lengking kita berapi-api bisa dinilai sangat berharga, dan berharganya sebab kita terus peduli untuk ini.
Sebuah jalan kebanggaan berbagi, sebuah alur kepercayaan bahwa meski hanya sebatas motivasi “kita datang untuk kembali”, kita datang dalam misi memperluas akses keterjangkauan pendidikan. Kita benar-benar kembali untuk membangunkan tidur “mimpi-mimpi” adik-adik kita. Mereka berhak bersekolah pula seperti kita. Bidikmisi adalah jawaban keterbatasan ekonomi, tak heran jika suara lengking kita berapi-api bisa dinilai sangat berharga, dan berharganya sebab kita terus peduli untuk ini.
BMGTS sebagai susunan rantai Bidikmisi, kita
jemput mereka, kita antar dengan SAMBA, kita jaga mereka dan kita antar
optimismenya agar terpelihara, terakhir kita lepas mereka berkarya dalam wisuda
perpisahan mahasiswa. Inilah jalinan—berkelindan, pikiran alur rantai yang
mulai harus ditemukan kesepadanan konsepnya agar terus baru.
Meskipun hampir semua
mahasiswa dari berbagai PTN beruforia ramai-ramai
gotong royong mendirikan monument expo kampus. Tapi standar yang kemudian
dihidupkan oleh BMGTS sebenarnya jauh melampaui “teriakan” itu.
BMGTS mampu memberi efek untuk menyapu rumput hingga akarnya. Karena Expo yang cenderung berada di pusat kota—terlalu mahal ditempuh oleh siswa sekarang yang notabene merasa susah terlebih dahulu, ketika orang tua mereka sudah pasrah jika diajak bicara “kuliah” karena biaya.
Soalnya ialah, adakah ruh BMGTS kita untuk mendesak—menyasar sekolah pelosok. Atau para mahasiswa kita juga nyaman di sekolah kota—karena menjadikan ini event formalitas. “Saya pikir—mahasiswa kita, masih siap—bersusah-susah merajut cerita. Melawan duri dan onak. Mengukir pengalaman. Bahwa menjadi agent perubahan ialah penting. Terlebih jika berhadapan dengan sekolah dan Guru yang anti dengan “kuliah”, sungguh kenikmatannya luar biasa.
BMGTS mampu memberi efek untuk menyapu rumput hingga akarnya. Karena Expo yang cenderung berada di pusat kota—terlalu mahal ditempuh oleh siswa sekarang yang notabene merasa susah terlebih dahulu, ketika orang tua mereka sudah pasrah jika diajak bicara “kuliah” karena biaya.
Soalnya ialah, adakah ruh BMGTS kita untuk mendesak—menyasar sekolah pelosok. Atau para mahasiswa kita juga nyaman di sekolah kota—karena menjadikan ini event formalitas. “Saya pikir—mahasiswa kita, masih siap—bersusah-susah merajut cerita. Melawan duri dan onak. Mengukir pengalaman. Bahwa menjadi agent perubahan ialah penting. Terlebih jika berhadapan dengan sekolah dan Guru yang anti dengan “kuliah”, sungguh kenikmatannya luar biasa.
Dimanapun geliat BMGTS, ada secercah kata
“tetaplah terus menebar benih optimism”. Kita bagian
dari Bidikmisi yang harus meluaskan—menambah dalam ketersiaran bahwa “kuliah
gratis itu fakta”. Ajaklah sebanyak-banyaknya adik-adik kalian untuk menabung
kemajuan lewat pendidikan. Maka BMGTS harus kita ciptakan paling
semarak—melewati ekspo-ekspo kampus itu, yang sengaja dijadikan ajang
memperlihatkan beranda depan dari cerminan orang-orang kampus. Praktis, megah,
intelektual—dan kita berbeda dari mereka menggali tempat yang tidak mampu
mereka sapu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar